Pemanfaatan LiDAR untuk Pemodelan Banjir Secara 3D
Description : Mitigasi banjir menjadi salah satu fokus penanganan bencana di Indonesia. Jasa survei dan pemetaan LiDAR memiliki peran besar dalam mengakuisisi data yang digunakan untuk menganalisis serta memodelkan banjir secara 3D.
Banjir merupakan salah satu bencana yang paling sering terjadi di Indonesia. Selain dapat menyebabkan kerugian besar baik dari sisi ekonomi dan lingkungan, banjir juga berpotensi menyebabkan korban jiwa. Upaya meminimalisasi dampak banjir dapat dilakukan dengan mitigasi bencana melalui perencanaan yang tepat. Pemodelan banjir diperlukan untuk memetakan seberapa besar dampak yang mungkin terjadi. Teknologi LiDAR dapat berperan dalam pemodelan banjir secara 3D.
Dalam mitigasi bencana banjir, jasa survey LiDAR berperan dalam pengumpulan data elevasi menggunakan wahana tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Sementara itu, jasa pemetaan LiDAR memfokuskan pada pemrosesan data tersebut untuk membuat model 3D dan peta yang digunakan dalam perencanaan wilayah.
1.1 Penggunaan LiDAR dalam Pemodelan Banjir
LiDAR cocok digunakan dalam pemodelan banjir karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan teknologi pemetaan lainnya. Keunggulan LiDAR dalam menangkap detail topografi, bahkan di bawah vegetasi, menjadikannya teknologi yang ideal untuk pemodelan banjir. Jasa pemetaan LiDAR memungkinkan pemetaan yang lebih akurat di area yang tertutup vegetasi, memberikan hasil yang tak dapat diperoleh dengan teknologi lain.
Pemodelan 3D untuk simulasi banjir memerlukan beberapa data. Salah satu yang perlu disiapkan adalah peta topografi dengan hasil yang sangat akurat, termasuk ketinggian, kemiringan, dan kenampakan vegetasi di sekitar wilayah yang akan dipetakan. Pemodelan 3D banjir membutuhkan ketelitian tinggi dari jasa pemetaan LiDAR untuk memastikan peta topografi yang akurat.
1.2 Akuisisi Data Menggunakan LiDAR
Sebelum proses simulasi dilakukan, akuisisi data LiDAR melalui survei lapangan diperlukan. Keunggulan LiDAR bukan hanya pada akurasi topografi, tetapi juga pada efisiensinya dibandingkan metode konvensional. Dengan jasa survei LiDAR, waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data dalam area luas dapat dipersingkat secara signifikan. Jasa survei LiDAR perlu melakukan perencanaan secara matang agar waktu pengukuran bisa lebih efisien dengan hasil yang maksimal. Survei LiDAR menghasilkan point cloud yang berisi kumpulan titik yang akan diolah menjadi model digital.
Dalam survei LiDAR untuk pemodelan banjir secara 3D, ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan oleh penyedia jasa survei LiDAR. Sensor LiDAR harus memiliki resolusi tinggi agar dapat menangkap detail elevasi tanah dengan tepat, terutama di wilayah dataran rendah yang rentan terhadap banjir. Selain itu, waktu pelaksanaan survei juga menjadi pertimbangan krusial. Idealnya survei LiDAR untuk kasus ini dilakukan sebelum dan sesudah musim hujan untuk memantau perubahan topografi yang terjadi.
1.3 Simulasi Banjir dengan Digital Terrain Model (DTM)
Setelah akuisisi data dilakukan, hasil pemetaan LiDAR akan dikonversi menjadi Digital Terrain Model (DTM). DTM dapat menyajikan informasi tentang geometri penampang sungai serta area di sekitarnya. Semakin tinggi tingkat akurasi peta DTM, semakin baik hasil pemetaan area genangan banjir yang diperoleh. Hal ini berdampak pada semakin efektifnya perencanaan dalam pengendalian banjir.
Dalam bidang hidrologi, DTM dapat digunakan untuk menganalisis aliran air, menentukan daerah tangkapan air, pemodelan aliran sungai, dan memprediksi area genangan banjir. Memanfaatkan topografi yang tergambar, DTM memungkinkan identifikasi jalur aliran air dan area genangan banjir secara 3D. Oleh karena itu pengukuran oleh jasa pemetaan LiDAR perlu menghasilkan ketelitian topografi yang baik agar DTM yang dihasilkan bisa representatif.
Selanjutnya, pemodelan banjir dilakukan dengan mengintegrasikan data DTM dengan data hidrologi seperti curah hujan, debit aliran sungai, dan tingkat permeabilitas tanah. Software simulasi hidrodinamik yang dapat digunakan salah satunya adalah HEC-RAS. Aliran air di sepanjang sungai dan daerah sekitarnya dimodelkan secara 3D, termasuk pola aliran ke daerah rendah hingga terbentuknya genangan.
1.4 Analisis Manajemen Bencana dan Perencanaan Wilayah
Hasil pemodelan dapat diolah lebih lanjut dan menghasilkan peta 3D yang menampilkan area genangan banjir, kedalaman air, dan aliran air selama banjir. Visualisasi 3D ini dapat dianalisis untuk mengetahui perkiraan area yang kemungkinan dapat terkena dampak banjir. Simulasi genangan banjir ini perlu dilakukan sebagai langkah pengendalian banjir dan persiapan mitigasi bencana banjir.
Peta tersebut dapat digunakan sebagai acuan bagi pemerintah untuk melakukan perencanaan pada wilayah yang berpotensi terdampak banjir berdasarkan pemodelan yang dilakukan. Kolaborasi antara jasa pemetaan LiDAR dan pengambil kebijakan diperlukan untuk menyiapkan manajemen bencana secara jangka panjang agar perencanaan wilayah bisa lebih mempertimbangkan aspek keamanan. Dengan mengintegrasikan hasil pemodelan banjir ke dalam perencanaan tata ruang wilayah, pemerintah dapat meminimalisasi risiko bencana dan meningkatkan ketahanan wilayah terhadap dampak banjir di masa mendatang.
Referensi
Al Amin, M. B. (2015). Pemanfaatan Teknologi LiDAR dalam Analisis Genangan Banjir Akibat Luapan Sungai Berdasarkan Simulasi Model Hidrodinamik. Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, Palembang.
Kholiq, G. Z., Hidayat, H., Nurwatik. (2023). Pemodelan dan Visualisasi Genangan Banjir Menggunakan Data DTM LiDAR (Studi Kasus: Kota Batu, Jawa Timur). Departemen Teknik Geomatika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya