Banjir Demak: Adakah hubungannya dengan Selat Muria?
Kota Demak, Jawa Tengah, belakangan ini kerap menjadi sorotan karena bencana banjir besar yang seringkali sulit surut. Pertanyaan pun menyeruak, adakah fenomena ini ada kaitannya dengan riwayat historisnya sebagai bagian dari Selat Muria di masa lalu?
Banjir Demak dan Selat Muria
Meskipun narasi historis Selat Muria menambah dimensi unik pada kondisi geografis Demak, permasalahan banjir yang terjadi saat ini tidak dapat disederhanakan hanya pada faktor sejarah. Banjir Demak adalah isu multidimensional yang melibatkan interaksi kompleks antara faktor geologi, hidrologi, urbanisasi, dan perubahan iklim.
Dilansir dari spatialhighlights.com, Banjir yang melanda Demak dan kawasan pesisir sekitarnya (seperti Kudus dan Semarang) memiliki beberapa penyebab yang saling terkait:
-
Penurunan Muka Tanah (Subsidence): Penurunan muka tanah (amblesan) yang signifikan di pesisir Demak sangat dipengaruhi oleh faktor geologis. Wafid dari Badan Geologi menjelaskan bahwa penelitian menemukan adanya lapisan lempung lunak tebal (hingga kedalaman 100 meter) di bawah endapan aluvium pantai. Lapisan lunak inilah yang mudah mampat atau ambles, terutama ketika dibebani oleh infrastruktur atau akibat eksploitasi air tanah yang berlebihan.
-
Drainase yang Tidak Memadai: Pertumbuhan kawasan urban yang pesat tidak diimbangi dengan peremajaan sistem drainase. Saluran air yang ada kini tak mampu menampung volume air saat curah hujan tinggi, apalagi jika terjadi limpasan dari luar.
-
Ancaman Rob dan Kenaikan Muka Air Laut: Kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim (global sea-level rise) menyebabkan air laut semakin sering pasang (rob). Tekanan air yang tinggi ini memperbesar risiko jebolnya tanggul, membanjiri kawasan pesisir dan daratan.
-
Kondisi Geologi: Lapisan lempung lunak di bawah permukaan tanah memiliki sifat kedap air. Kondisi ini menghambat proses peresapan air ke dalam tanah, sehingga air hujan atau luapan banjir bertahan berhari-hari bahkan berminggu-minggu di permukaan.
Meskipun secara teoretis Selat Muria mungkin terbentuk kembali, hal itu hanya bisa terwujud jika terjadi peristiwa geologi besar (misalnya, gempa bumi tektonik berkekuatan sangat tinggi yang menyebabkan amblesan luas dan mendadak). Hingga kini, Badan Geologi menyatakan tidak ada indikasi peristiwa geologi semacam itu yang terjadi. Fokus permasalahan saat ini adalah bagaimana mengelola dampak dari kondisi geologi eksisting dan tantangan perubahan iklim.
LiDAR untuk Mitigasi Banjir Demak
Di tengah ancaman perubahan iklim dan urbanisasi yang tak terhindarkan, mitigasi bencana banjir tidak bisa lagi dilakukan dengan asumsi atau perkiraan. Diperlukan data geospasial yang presisi dan akurat. Kunci dari mitigasi banjir yang efektif adalah memiliki Peta Topografi 3D yang sangat detail, atau yang dikenal sebagai <a href="https://geosurveypersada.com/article/serupa-tapi-tak-sama-dem-dtm-dsm" target="_blank"Digital Elevation Model (DEM).
Untuk mendapatkan data DEM berakurasi tinggi, teknologi LiDAR (Light Detection and Ranging) jadi solusi utama. LiDAR adalah teknologi pemetaan yang bekerja dengan memindai permukaan bumi menggunakan sensor laser dari wahana udara (seperti drone atau pesawat). Keunggulan utamanya terletak pada akurasi vertikal yang sangat tinggi, yang mampu memberikan data elevasi presisi hingga level sentimeter. Selain itu, pulsa laser LiDAR mampu menembus vegetasi (seperti kanopi pohon) sehingga dapat menggambarkan permukaan tanah yang sebenarnya (bare earth). Hasil pengukuran LiDAR ini berupa point cloud, yaitu kumpulan jutaan titik berkoordinat 3D, yang selanjutnya diolah menjadi Digital Elevation Model (DEM).
Melalui data DEM, pengambilan keputusan untuk mitigasi banjir lebih efektif dan berbasis data. Berikut adalah manfaat DEM dalam mitigasi banjir:
-
Mengidentifikasi Area yang Rawan Tergenang
DEM adalah gambaran akurat permukaan bumi. Melalui DEM kita bisa mengetahui elevasi dengan akurat. Data elevasi memungkinkan kita mengetahui dengan pasti titik-titik terendah dalam suatu kawasan, yang menjadi lokasi pertama akumulasi air saat terjadi genangan atau banjir. Dengan mengetahui lokasi rawan tergenang, kita dapat melakukan upaya mitigasi yang efisien dan lebih tepat sasaran.
-
Menghitung Arah dan Kecepatan Aliran Air
Air selalu mengalir dari elevasi tinggi ke rendah mengikuti gradien lereng. Dengan menganalisis data DEM, kita dapat memetakan jaringan aliran alami (DAS) dan menentukan arah aliran (flow direction) serta akumulasi aliran (flow accumulation) permukaan. Ketika dikombinasikan dengan data curah hujan, model ini dapat menghitung estimasi kecepatan aliran air, memprediksi jalur aliran, dan mendeteksi potensi lokasi banjir bandang atau limpasan permukaan.
-
Simulasi Muka Air Banjir dengan Model Hidrodinamik
Model hidrodinamik seperti HEC-RAS memungkinkan kita mensimulasikan perilaku air. Melalui model ini, perencana dapat memasukkan berbagai skenario, seperti “bagaimana jika curah hujan 150 mm/hari?” atau “Bagaimana jika debit air mencapai 2000 m³/s). Dengan simulasi ini, kita dapat memprediksi tinggi muka air banjir, wilayah genangan, durasi banjir, hingga dampaknya ke pemukiman dan infrastruktur di sekitar sungai atau cekungan.
-
Mengetahui Zona Risiko Banjir
Dengan simulasi muka air banjir, kita dapat mengetahui zona-zona mana saja yang berisiko mengalami banjir. Melalui Peta Zona Risiko Banjir, kita dapat mengklasifikasikan wilayah berdasarkan tingkat risikonya, misalkan risiko tinggi, sedang, atau rendah. Zona risiko ini sangat penting untuk penentuan jalur evakuasi yang aman hingga menentukan titik shelter evakuasi.
-
Menentukan Lokasi Ideal Sistem Drainase
Perencanaan infrastruktur mitigasi (seperti kanal, tanggul, atau kolam retensi) tidak bisa dilakukan berdasarkan asumsi. Dengan data DEM, pemerintah dapat merancang sistem drainase secara optimal. Mereka dapat menentukan alignment (jalur) dan gradien (kemiringan) yang paling efisien untuk mengalirkan air dari area permukiman ke badan air penerima, serta mengidentifikasi lokasi terbaik untuk membangun kolam retensi berdasarkan topografi alaminya.
Geo Survey Persada: Jasa Survei LiDAR dan Foto Udara Terpercaya
Sebagai perusahaan yang berpengalaman di bidang survei dan pemetaan, Geo Survey Persada (GSPI) menyediakan layanan survei LiDAR dan foto udara untuk berbagai kebutuhan, seperti pemetaan topografi untuk perencanaan infrastruktur, pemetaan drainase, hingga mitigasi banjir. Didukung oleh tim ahli yang kompeten serta pengalaman proyek di berbagai sektor dan skala, GSPI senantiasa mengedepankan kualitas data, efisiensi kerja, dan kepuasan klien sebagai prioritas utama.
Hubungi Geo Survey Persadauntuk informasi lebih lanjut tentang layanan LiDAR dan pemetaan udara!
📞 081390787507 (Sales Engineer GSPI)